Senin, 30 November 2015

Indonesia Negara Kaya



Air mataku ternyata sudah berair semenjak tadi, tanpa ku sadari. Kemudian aku menghapusnya sesegera mungkin supaya tidak ada yang melihatnya. Bukan, aku menangis alasannya bukan karena diriku, alasannya karena bangsaku, negaraku, tanah airku.

Sebuah video singkat berdurasi 9 menit sanggup membuat fokusku semakin bercabang. Awalnya aku yang terlalu sibuk mencatat banyaknya materi yang ada di slide ditutup dengan sebuah video di pertemukan kuliah pagi itu.

Videonya sangat sederhana, tidak terlalu bagus serta menampilkan banyak kata-kata. Namun,  kata-kata itu mengandung makna yang dalam, jika kau menghayati tiap kata yang muncul.

Diawali dengan pertanyaan “Tahukah kamu dimanakah negara yang paling kaya?” sekilas pikiranku sudah membayangkan negara-negara besar, seperti Amerika, Jepang atau bahkan Cina. Satu per satu nama-nama negara yang ku maksudkan muncul dan dikatakan bukan negara-negara yang dimaksud.

Seorang teman di sebelahku berkata nyeletuk, “Jangan bilang Indonesia?” katanya seolah tidak yakin. Dia akan tertawa jika jawabannya ternyata benar. Dan tentu saja nama Indonesia yang tertera di sana dengan berbagai macam pulau yang terlihat di sana.

Aku sudah tahu Indonesia merupakan negara kaya. Namun, banyak sumber daya itu yang dikelola oleh perusahaan asing. Jadi siapakah yang dimaksudkan kaya di sini?

Warga negara yang sudah mendiami negara Indonesia saja bahkan tidak tahu banyak kekayaan yang dimilikinya, termasuk diriku. Ada beberapa informasi baru yang ku terima mengenai betapa kayanya Indonesia dari tayangan tersebut.

Sebuah lagu nasional Indonesia terdengar menjadi soundtrack lagunya di akhir, isinya bercerita tentang kekayaan Indonesia yang dipuja-pujanya negara ini. Berbeda dengan lagunya, gambar yang muncul membuatku miris. Sebuah pemandangan yang berbanding terbalik dengan tayangan mengenai  kekayaan Indonesia barusan. Kemiskinan, korupsi,  dan hal-hal negative lain yang kini membuat Indonesia terpuruk

Tanpa sadar aku pun ikut bernyanyi sambil tetap memperhatikan tiap gambar-gambar yang ditampilkan. Saat itu, entah ada alasan apa air mataku terjatuh.

“Jangan bertanya apa yang sudah negara lakukan untukmu, tapi tanyalah apa yang sudah kau lakukan untuk negaramu?”

Sejak saat itu aku merenung suatu hal.