Air mataku ternyata sudah berair
semenjak tadi, tanpa ku sadari. Kemudian aku menghapusnya sesegera mungkin
supaya tidak ada yang melihatnya. Bukan, aku menangis alasannya bukan karena
diriku, alasannya karena bangsaku, negaraku, tanah airku.
Sebuah video singkat berdurasi 9
menit sanggup membuat fokusku semakin bercabang. Awalnya aku yang terlalu sibuk
mencatat banyaknya materi yang ada di slide ditutup dengan sebuah video di
pertemukan kuliah pagi itu.
Videonya sangat sederhana, tidak
terlalu bagus serta menampilkan banyak kata-kata. Namun, kata-kata itu mengandung makna yang dalam,
jika kau menghayati tiap kata yang muncul.
Diawali dengan pertanyaan “Tahukah
kamu dimanakah negara yang paling kaya?” sekilas pikiranku sudah membayangkan
negara-negara besar, seperti Amerika, Jepang atau bahkan Cina. Satu per satu
nama-nama negara yang ku maksudkan muncul dan dikatakan bukan negara-negara
yang dimaksud.
Seorang teman di sebelahku berkata nyeletuk, “Jangan bilang Indonesia?”
katanya seolah tidak yakin. Dia akan tertawa jika jawabannya ternyata benar.
Dan tentu saja nama Indonesia yang tertera di sana dengan berbagai macam pulau
yang terlihat di sana.
Aku sudah tahu Indonesia merupakan
negara kaya. Namun, banyak sumber daya itu yang dikelola oleh perusahaan asing.
Jadi siapakah yang dimaksudkan kaya di sini?
Warga negara yang sudah mendiami
negara Indonesia saja bahkan tidak tahu banyak kekayaan yang dimilikinya,
termasuk diriku. Ada beberapa informasi baru yang ku terima mengenai betapa
kayanya Indonesia dari tayangan tersebut.
Sebuah lagu nasional Indonesia terdengar
menjadi soundtrack lagunya di akhir, isinya bercerita tentang kekayaan
Indonesia yang dipuja-pujanya negara ini. Berbeda dengan lagunya, gambar yang
muncul membuatku miris. Sebuah pemandangan yang berbanding terbalik dengan
tayangan mengenai kekayaan Indonesia
barusan. Kemiskinan, korupsi, dan
hal-hal negative lain yang kini membuat Indonesia terpuruk
Tanpa sadar aku pun ikut bernyanyi
sambil tetap memperhatikan tiap gambar-gambar yang ditampilkan. Saat itu, entah
ada alasan apa air mataku terjatuh.
“Jangan bertanya apa yang sudah
negara lakukan untukmu, tapi tanyalah apa yang sudah kau lakukan untuk
negaramu?”
Sejak saat itu aku merenung suatu
hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar