Gadis
manis itu menatapku penuh harap. Aku merasa kebingungan dengan jawaban yang
akan aku lontarkan sekarang. Paling baik adalah ketika kamu bisa menyatukan
kedua pilihan itu.
“Sudah jelas apa yang kamu lakukan ini salah!” Aku memberitahunya, berulang kali. Namun sepertinya ucapanku tidak pernah didengarkan.
Gadis
itu hanya tersenyum, cantik sekali. Sayang, kecantikannya membuat ia disukai
para pemuda. Tapi hanya ada dua orang pemuda di hatinya, pemuda yang sedang
kami perbincangkan saat ini.
Tiba-tiba
saja ketika pagi hari di suasana liburku yang tenang, aku dikejutkan oleh kedatangannya.
Ketika ku buka, ia sedang berdiri di belakang pintu sambil berkata, “Aku harus
bagaimana?”.
Tujuan
kedatangannya ke sini hanya untuk bercerita tentang keadaannya yang kini sedang
kacau. Semalam ia ketahuan oleh kekasihnya bahwa ia sedang selingkuh melalui
media sosial. Kekasihnya itu sangat ahli dalam mencari tahu hingga beberapa
kali ia sering ketahuan.
“Itu
salahmu, kenapa kamu selingkuh lagi?” Kataku kembali menghakimi.
Ia
hanya menghela nafas, “Dua hari sebelumnya kita sudah putus, jadi tidak salah
jika aku berkomunikasi dengan pemuda lain.” Gadis ini dengan kekasihnya selalu
saja mengumbar kata putus ketika mereka bertengkar lalu tidak lama kemudian
mereka akan kembali menjalin hubungan.
“Katanya
jika ia putus denganku, ia tidak akan memiliki kekasih lagi selama dua tahun,
tapi ketika aku putus dengannya hanya dengan satu hari saja aku sudah dekat
dengan pemuda lain,” Sesalnya.
Aku
mengerti alasan kekasihnya marah. Tapi terkadang aku juga kasihan dengan gadis
ini. Saat ini bukan pertama kalinya ia bercerita padaku. Sudah berulang kali. Ketika
mereka bertengkar, alasannya selalu karena kekasihnya yang terlalu protektif
hingga ia tidak bisa bahkan hanya untuk berkomunikasi dengan teman
laki-lakinya. Mungkin karena takut kehilangan. Terlalu serius tapi aku tahu ia
sangat setia.
Lain
lagi cerita dengan pemuda yang kini menjadi selingkuhannya, selalu saja ia. Pemuda
ini entah mengapa rela menunggu sang gadis meskipun ia tahu bahwa gadis ini
memiliki kekasih. Sosoknya bagai pangeran yang selalu ada ketika gadis ini
memiliki masalah dengan kekasihnya. Tapi aku tahu, pemuda ini bagaikan sosok
yang melengkapi kekurangan kekasihnya, ia periang, humoris, mudah diajak
bercanda. Tapi ia yang sering menunggu itu juga sering putus-nyambung dengan
kekasihnya yang lain.
Aku
bingung. Untuk aku tidak pernah masuk ke dunia seperti itu sebelumnya, jadi aku
tidak mengerti harus melakukan apa.
“Jadi,
bagaimana menurutmu?” Kesadaranku kembali setelah merenung beberapa kali.
“Menurutku,
lebih baik jangan pacaran, belum tentu
juga jodohmu diantara mereka berdua kan? Jadinya tidak akan pusing seperti ini.”
Aku menjawab sebisaku.
Gadis
itu menatapku tajam, “Ah, kamu tidak mengerti.” Akhirnya ia beranjak dari
kamarku.
Gadis
itu selalu bercerita padaku meskipun aku selalu memberikan jawaban yang tidak
sesuai keinginannya.
Tapi yah, begitulah ia, sepertinya membutuhkan seseorang
untuk mendengarkan keluh kesahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar