Kamis, 01 Oktober 2015

Diantara Dua Pemuda



Gadis manis itu menatapku penuh harap. Aku merasa kebingungan dengan jawaban yang akan aku lontarkan sekarang. Paling baik adalah ketika kamu bisa menyatukan kedua pilihan itu.



“Sudah jelas apa yang kamu lakukan ini salah!” Aku memberitahunya, berulang kali. Namun sepertinya ucapanku tidak pernah didengarkan.

Gadis itu hanya tersenyum, cantik sekali. Sayang, kecantikannya membuat ia disukai para pemuda. Tapi hanya ada dua orang pemuda di hatinya, pemuda yang sedang kami perbincangkan saat ini.

Tiba-tiba saja ketika pagi hari di suasana liburku yang tenang, aku dikejutkan oleh kedatangannya. Ketika ku buka, ia sedang berdiri di belakang pintu sambil berkata, “Aku harus bagaimana?”.

Tujuan kedatangannya ke sini hanya untuk bercerita tentang keadaannya yang kini sedang kacau. Semalam ia ketahuan oleh kekasihnya bahwa ia sedang selingkuh melalui media sosial. Kekasihnya itu sangat ahli dalam mencari tahu hingga beberapa kali ia sering ketahuan.

“Itu salahmu, kenapa kamu selingkuh lagi?” Kataku kembali menghakimi.

Ia hanya menghela nafas, “Dua hari sebelumnya kita sudah putus, jadi tidak salah jika aku berkomunikasi dengan pemuda lain.” Gadis ini dengan kekasihnya selalu saja mengumbar kata putus ketika mereka bertengkar lalu tidak lama kemudian mereka akan kembali menjalin hubungan.

“Katanya jika ia putus denganku, ia tidak akan memiliki kekasih lagi selama dua tahun, tapi ketika aku putus dengannya hanya dengan satu hari saja aku sudah dekat dengan pemuda lain,” Sesalnya.

Aku mengerti alasan kekasihnya marah. Tapi terkadang aku juga kasihan dengan gadis ini. Saat ini bukan pertama kalinya ia bercerita padaku. Sudah berulang kali. Ketika mereka bertengkar, alasannya selalu karena kekasihnya yang terlalu protektif hingga ia tidak bisa bahkan hanya untuk berkomunikasi dengan teman laki-lakinya. Mungkin karena takut kehilangan. Terlalu serius tapi aku tahu ia sangat setia.

Lain lagi cerita dengan pemuda yang kini menjadi selingkuhannya, selalu saja ia. Pemuda ini entah mengapa rela menunggu sang gadis meskipun ia tahu bahwa gadis ini memiliki kekasih. Sosoknya bagai pangeran yang selalu ada ketika gadis ini memiliki masalah dengan kekasihnya. Tapi aku tahu, pemuda ini bagaikan sosok yang melengkapi kekurangan kekasihnya, ia periang, humoris, mudah diajak bercanda. Tapi ia yang sering menunggu itu juga sering putus-nyambung dengan kekasihnya yang lain.

Aku bingung. Untuk aku tidak pernah masuk ke dunia seperti itu sebelumnya, jadi aku tidak mengerti harus melakukan apa.

“Jadi, bagaimana menurutmu?” Kesadaranku kembali setelah merenung beberapa kali.

“Menurutku, lebih baik  jangan pacaran, belum tentu juga jodohmu diantara mereka berdua kan? Jadinya tidak akan pusing seperti ini.” Aku menjawab sebisaku.

Gadis itu menatapku tajam, “Ah, kamu tidak mengerti.” Akhirnya ia beranjak dari kamarku.

Gadis itu selalu bercerita padaku meskipun aku selalu memberikan jawaban yang tidak sesuai keinginannya. 

Tapi yah, begitulah ia, sepertinya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar