Rabu, 10 Juni 2015

Antara Mimpi dan Kenyataan

Aku tertidur di siang hari yang panas. Saking panasnya aku memutuskan untuk tidur di lantai karena aku juga malas untuk naik di kasur atas, kasur bertingkat dan aku mendapatkan tempat di atas.

Kamar ini ditempati oleh 4 orang dan memiliki 2 kasur bertingkat di ujung kiri kanan. Tempatnya cukup luas, bahkan ada lantai yang biasa ku jadikan tempat tidur jika malas naik ke kasurku yang berada di atas.

Aku ingat, siang ini kamar hanya diisi oleh 3 orang. Aku sendiri yang sedang mencoba tidur dan kedua teman kamarku yang sedang berbincang. Tiba-tiba pintu kamar diketuk seseorang, aku masih belum tertidur namun mataku sudah terpejam.

Tak lama terdengar suara pintu terbuka, suaranya seperti suara 2 orang perempuan yang memasuki kamar lalu ikut berbincang.

Aku tidak tahu pasti yang mereka bicarakan, tapi aku mendengar seseorang diantara mereka berkata, "Minggu ini akan ada jalan-jalan tapi hanya beberapa orang saja yang diajak, aku tidak tahu sebabnya." katanya.

Aku yang merasa terganggu ketika hendak tidur tiba-tiba saja berceloteh, masih dengan mata terpejam, "Memangnya kenapa dengan jalan-jalan? Menghabiskan uang saja untuk hal yang tidak berguna. Jalan-jalan? Jalan saja mengelilingi daerah sini, itu juga namanya jalan-jalan bla bla bla." Entah apalagi yang ku ucapkan kala itu, aku bahkan lupa lagi karena setelah itu aku tertidur.

Aku terbangun, mataku terbuka dan hanya melihat kedua teman sekamarku yang masih sibuk mengobrol. Aku ingin menyuci mukaku dan entah mengapa ada sebuah kran air di atas tempat tidur bawah, aku pun menyalakannya.

Air pun keluar namun karena airnya jatuh ke tempat tidur yang bawah aku malah tersenyum, "Eh, basah," Entah mengapa aku yang dulu memang menginginkan tempat tidur di bawah malah merasa senang ketika tempat tidurnya basah. Pemiliknya memang tidak ada di sini sekarang, kami sedang bertiga di kamar.

Ketika aku ingin menghentikannya airnya malah mengucur dengan deras, mungkin salah arah mematikannya pikirku. Namun setelah ku balikkan arah air itu hanya berhenti sebentar lalu mengucur lagi, begitu seterusnya.

"Bagaimana ini?" kataku pada kedua teman sekamarku.

Mengerti akan situasi saat ini, aku yang mencoba menahan air supaya tidak mengucur deras dengan tanganku, salah satu dari mereka pergi mencari bantuan.

"Aku akan mencari orang yang bisa membenarkannya," Ia kemudian pergi.

Satu lagi berusaha menyelamatkan barang-barang kami supaya tidak terkena air. Sedangkan aku masih menahan air dengan tanganku tapi airnya masih deras, bahkan sekarang membasahi kepalaku.

Tak berselang lama kemudian temanku dan salah satu tetangga kami datang. Aku memperlihatkan air yang masih mengucur. Kedua temanku pamit mencari alat-alat untuk membantu pekerjaan bapak ini.

Aku masih memegang kran yang berpipa itu namun karena terlalu keras menariknya, pipanya terlepas.

Anehnya, tidak ada air yang mengalir dari pipa yang panjang tersebut. Air dari krannya pun berhenti.

"Kok tidak ada airnya neng? Tadi kan mengalir?" Pertanyaan bapak itu hanya aku jawab dengan gelengan kepala. Aku pun tidak tahu alasannya.

Tiba-tiba kran yang ku pegang berputar sendiri. Bapak itu kaget, "Kok bisa berputar sendiri neng?"

"Aku juga tidak tahu pak," Krannya masih berputar dengan tidak wajar. Bapak itu memutuskan untuk keluar dari kamar ini dengan wajah yang ketakutan. Aku terpaku sendirian.

Aku terbangun dan ku dapati teman sekamarku yang sedang tiduran di kasur basah tadi. Tapi kasurnya kurasa baik-baik saja. Suara hujan yang cukup deras di luar kamar terdengar.

Aku melangkah ke kasur itu lalu kemudian terlelap kembali.

Suara seseorang yang memasuki kamar terdengar. Aku mencoba membuka mata dan kudapati diriku tertidur di kasur atas.

"Kau baru bangun dari tadi? Maaf tadi kami pergi dulu sebentar jadi meninggalkanmu sendirian." Katanya sambil menenteng sebuah kresek putih berisi air minum.

Sepertinya aku haus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar