Minggu, 14 Juni 2015

Menjadi Pramuda FLP

Berawal dari mimpiku yang ingin menjadi seorang penulis. Aku memulainya di sini. Saat itu aku masih mahasiswa baru di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bogor. Asalku dari Garut jadi aku belum begitu mengenal kota ini.

Kampus ini mengenalkanku pada banyak hal serta orang-orang yang berbeda pula. Berbagai kebudayaan kami sesuaikan di sini. Hingga suatu hari aku bertemu seseorang, dia berasal dari Karawang dan memiliki mimpi yang sama denganku: menjadi penulis.

Kami banyak berbagi cerita mengenai bidang tersebut. Ternyata penulis favoritnya adalah Tere Liye. Sedangkan aku? Aku hanya ingin menjadi seorang penulis karena setahun yang lalu aku suka membaca fanfiction tentang idola kpop favoritku, Super Junior. Itulah alasan sebenarnya.

Lalu aku mengenal Forum Lingkar Pena.

"Bergabung saja di grup facebook Forum Lingkar Pena," katanya suatu hari padaku. Aku mengikuti sarannya tapi tidak terlalu berdampak apa-apa.

"Forum Lingkar Pena itu apa?" Tanyaku padanya. Ia menjelaskan secara singkat mengenai komunitas tersebut dan ia juga mengatakan bahwa Asma Nadia serta Kang Abik berasal dari sana.

Aku baru saja memulai untuk menyukai Asma Nadia, alasannya karena buku-bukunya sudah ada yang difilmkan meskipun aku tidak banyak membaca bukunya.

Suatu hari aku melihat seseorang yang menggunakan almamater Forum Lingkar Pena.

"Ini apa mbak?" Tanyaku penasaran. Ia adalah seorang mahasiswa S2 yang ku kenal.

"Mbak ikut Forum Lingkar Pena Yogyakarta dulu," katanya. Memang mbakku yang satu ini mengambil S1 di Perguruan Tinggi di sana. "Forum Lingkar Pena Bogor ada kan?" sambungnya lagi. Aku tidak bisa menjawab. Entahlah aku pun tidak tahu.

Hingga suatu saat aku dipertemukan dengan sebuah pengumuman mengenai pendaftaran Forum Lingkar Pena yang sengaja aku cari. Aku penasaran.

Awalnya aku ragu karena takut bentrok dengan agenda biasaku setiap hari Minggu. Aku pun mengajak temanku yang juga mengetahui mengenai FLP, tapi ia juga masih bingung dan memutuskan untuk tidak ikut. Aku masih penasaran.

Dengan berbekal rasa ingin belajar yang tinggi, meskipun aku merasa bahwa aku tidak terlalu baik dalam bidang ini, akhirnya aku mendaftarkan diri.

Pertemuan pertama saja sudah bentrok dengan agenda, tapi aku memprioritaskan kelas perdana ini. Aku harap ini memang yang terbaik. Namun rasa minder itu muncul lagi ketika bertemu orang-orang yang sudah hebat dalam menulis.

"Kenapa ikut FLP? Sudah pernah karyanya terbit?" Tanyaku di kelas itu, aku berusaha menbaur. Kami di sini disebut kelas pramuda, kami belum diangkat menjadi anggota resmi FLP. Harus mengikuti beberapa tahap.

"Aku pernah ikut lomba membuat cerpen dan juara 3 nasional." Jleb! Hebat sekali, aku bahkan ada di sini tidak tahu apa-apa.

Pertemuan kedua aku tidak mengikutinya karena ada agenda yang berhubungan dengan beaaiswa, aku tidak ingin mencari masalah.

Memang benar apa yang pernah dikatakan panitia FLP saat pertemuan pertama kami. Biasanya akan ada seleksi alam di kelas pramuda ini, karena menulis itu harus dibiasakan.

Banyak hal yang terjadi di setiap pertemuannya. Mulai dari pertemuan artikel yang banyak memberi kejutan tiap harinya dan selalu harus mengirimkan hasil hingga pertemuan cerpen yang menyenangkan.

Ada banyak cerita dibaliknya. Kisah yang paling penuh perjuangan itu ketika aku harus bulak balik Rektorat - Common Class Room beberapa kali hanya untuk meminta surat ijin karena di hari yang bertepatan dengan pertemuan FLP ada agenda wajib. Akhirnya aku menggantinya di hari lain.

Kelas pramuda ini mengajarkanku banyak hal. Bahwa menulis itu harus dibiasakan supaya semakin hari tulisan kita pun akan semakin tertata rapi.

Hingga saat akan tiba dipertemuan terakhir. Beberapa syarat lulus dari kelas pramuda ini harua terpenuhi, salah satunya tugas tiap pertemuan, untungnya aku sudah mencicil namun tugas terakhir mengenai resensi belum ku kerjakan. Malam itu aku mengedit semua tugasku hingga larut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar