Kamis, 25 Juni 2015

Tidak Ada Liburan

Liburan. Yah, bagiku dan keluarga itu hanyalah sebuah mitos belaka. Tidak ada bepergian bersama, bersenang-senang atau mengunjungi sebuah tempat menarik. Tiap tahunnya selalu seperti ini, tidak ada yang dinamakan liburan.

Aku merasa bosan. Tidak pernah ada sesuatu yang mengejutkan terjadi di tiap tahunnya. Aku hanya menyadari satu hal, liburan itu berarti tidak masuk sekolah dan berdiam diri di rumah. Itu kesimpulannya.

Suatu hari sempat aku bertanya, saat itu usiaku masih belia. Alasan mengapa keluarga kami tidak seperti yang lainnya? Saat itu tetangga sebelah sedang melakukan liburan ke sebuah kebun binatang dan jujur aku menginginkannya. Ayah hanya berkata tidak ada biaya, jelas jawaban tersebut bukanlah jawaban yang ku harapkan.

Aku tumbuh menjadi seseorang yang pemalu. Malu jika harus bergaul dengan teman-teman yang lain di sekolah. Malu jika sepulang liburan mereka membicarakan kesenangan mereka sementara aku hanya bisa mendengarkan saja. Malu jika ... sebenarnya aku tidak melakukan apapun selama liburan.

Selalu seperti ini semenjak aku masuk sekolah. Ketika liburan berakhir hal yang dilakukan ketika hari pertama masuk tahun ajaran baru adalah menuliskan kesan pesan selama liburan oleh guru bahasa Indonesia. Hal ini membuatku muak karena tidak tahu harus menuliskan apa di kertas kosong tersebut.

Kini aku tumbuh dewasa. Tidak ada kenangan indah yang terukirkan di masa lalu. Tidak ada liburan-liburan menyenangkan hingga akhirnya liburan itu menjadi abadi. Ya, aku berhenti sekolah. Tidak ada lagi yang harus ku lakukan seperti belajar. Tidak ada lagi liburan teman-teman yang terpaksa ku dengarkan. Tidak ada lagi kisah-kisah selama liburan yang ku tuliskan. Karena memang semuanya tidak ada, tidak pernah ada.

Kau tahu hal yang ku lakukan untuk menghabiskan waktu selama liburan? Seperti sekarang liburan yang abadi. Aku bekerja. Alasan yang terlalu klise memang untuk seseorang yang terlahir dari keluarga seadanya.

Beberapa bulan yang lalu Ayah jatuh dari tangga tempatnya bekerja. Kakinya kini sulit untuk digerakkan kembali. Aku berinisiatif untuk berhenti sekolah karena harapan untuk membayar biaya kini sudah tidak ada lagi. Ibu dan kedua adikku tidak sanggup berbuat apa-apa.

Setiap hari aku merawat Ayah di tempat tidur sementara Ibu bekerja. Aku selalu melihat raut wajah sedih dalam tidurnya. Mungkin, selama ia hidup hingga sekarang ia tidak pernah merasakan kebahagiaan. Selalu ada beban di pundaknya untuk menafkahi keluarga. Termasuk aku.

Hingga suatu hari aku memutuskan untuk berhenti sekolah di saat itu pula aku bermaksud untuk bekerja. Apapun itu. Aku ingin mengumpulkan beberapa lembar rupiah untuk membawa keluargaku ke kebun binatang. Merasakan liburan yang menyenangkan seperti yang pernah diceritakan orang-orang. Setidaknya aku ingin melihat keluargaku tersenyum tanpa beban. Ya, liburan tahun ini harus berbeda.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar