Sore menjelang malam itu tanpa
sengaja aku melihat sebuah sepeda yang terparkir rapi di halaman asrama.
Setelah melihatnya dengan rasa tertarik aku kemudian memasuki asrama sambil
berteriak.
“Sepeda di luar punya siapa?” kataku
dengan suara yang cukup keras. Beberapa penghuni menatapku dan salah seorang
diantara mereka menjawab pertanyaanku.
“Aku, kenapa?” Jawab seorang gadis
yang sedang sibuk membuat minuman di depan lemari es.
Aku menghampirinya, “Boleh ku
pinjam?” Tanyaku. “Tapi nanti setelah shalat maghrib,” sambungku cepat sebelum
ia menjawabnya.
“Baiklah, nanti kau ambil saja
kunci kecil di atas meja yang ada di kamarku.” Aku bersorak bahagia lalu dengan
cepat pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Jika diperkirakan
beberapa menit lagi adzhan maghrib akan berkumandang.
Seusai shalat maghrib berjamaah aku
segera bersiap-siap untuk mengendarai sepeda.
“Ada yang mau menitipkan sesuatu untuk
dibeli? Aku akan keluar,” beberapa orang mulai menyodorkan sejumlah uang serta
pesanan mereka. Aku senang bisa membantu banyak orang.
Sesuai dengan instruksi sebelumnya,
aku mencari sebuah kunci kecil yang berada di kamar gadis itu. Setelah
mendapatkan kunci tersebut, aku bingung memasukannya ke sebelah mana. Selama ini
aku belum pernah mengendarai sebuah sepeda dengan kunci.
Beberapa kali bertanya namun masih
belum mengerti, akhirnya dengan terpaksa aku memasukan sepeda itu ke dalam
asrama dan menyodorkan pada pemiliknya. Setelah diberi contoh cara menggunakan
kunci tersebut akhirnya aku melaju keluar rumah.
Suasana malam itu cukup padat dan
kondisinya aku masih belum bisa menyesuaikan diri menggunakan sepeda karena
sudah cukup lama tidak menggunakan alat transportasi ini. Dengan perlahan-lahan
akhirnya aku bisa mengendarainya meskipun agak oleng ketika berhenti tiba-tiba
akibat keadaan jalan yang cukup macet dan sempit oleh para pedagang.
Setelah pergi-pulang beberapa kali
untuk memberikan pesanan orang lain aku memutuskan untuk berjalan-jalan agak
lama. Pilihanku tertuju pada sebuah daerah, aku pernah ke sana dengan berjalan
kaki untuk mencari rumah seseorang. Namun aku tersesat dan kakiku lelah karena
ternyata rumahnya cukup jauh. Aku memutuskan ke daerah sana dengan menaiki
sepeda sekarang.
Awalnya biasa-biasa saja dengan
perhentian yang tiba-tiba karena macet, namun setelah cukup lama suasana jalan
menjadi cukup lenggang dan agak gelap membuatku sedikit takut. Dengan berbekal
keberanian yang aku miliki aku tetap mengayuh sepedaku dan akhirnya adhzan isya
berkumandang tepat ketika aku melewati sebuah masjid besar.
Aku melaksanakan shalat isya di
sana sebagai satu-satunya makmum perempuan, selebihnya laki-laki. Setelah itu
aku memutuskan untuk kembali pulang karena sudah cukup malam.
Berbeda dengan kejadian awal pergi,
ketika akan pulang ada kejadian yang kurang menyenangkan. Tiba-tiba saja terjadi
macet karena sempitnya jalan sementara di depanku seorang pejalan kaki sedang
berjalan dengan cukup lambat. Karena aku tidak ingin menabrak pejalan kaki itu
akhirnya aku banting stir dan menuju tengah jalan. Untungnya, motor di sana melaju
dengan kecepatan biasa saja sehingga tidak terjadi kecelakaan.
Sebenarnya aku juga ingin
menggerutu karena laki-laki yang tadi menghalangiku hanya menatapku dengan
tatapan seolah kasihan. Aku jadi malu dan memutuskan untuk segera pergi dari
sana.
Meskipun pulang dengan membawa
sebuah kejadian yang tidak menyenangkan namun aku bisa refreshing dan bahagia
karena bisa melepaskan penatku beraktivitas dengan menaiki sepeda di suasana
malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar