Minggu, 06 Desember 2015

Medsos Menjauhkan Jarak Kita

http://lapan6online.com/wp-content/uploads/2015/10/media-sosial-twitter-facebook-path-instagram-blog.jpg

Dulu, ketika aku belum memiliki Android dan beberapa media sosial yang ada di dalamnya. Aku selalu pergi untuk melaksanakan rapat. Rasanya menyenangkan ketika saling berbagi ide masing-masing sambil tertawa bersama, meskipun saat itu mungkin ada beberapa orang yang hadir namun tidak memberikan idenya. Setidaknya kita tahu bahwa mereka juga memiliki komitmen dan menyerahkan segala keputusan pada tim.

Saat itu, aku tahu hal-hal apa saja yang menjadi tugasku dalam tim ini. Aku mendapatkan jobdesk yang jelas dengan waktu yang juga ditentukan supaya tidak molor dari jadwal yang seharusnya.

Hasil rapat dibacakan di akhir dan menjadi ringkasan dalm mengakhri pertemuan menyenangkan ini.

Suatu hari, keadaan sedikit demi sedikit mulai berubah. Ketika kami berkumpul bersama dan membicarakan hal-hal yang ingin dibahas, ketua divisi kami berkata “Boleh minta akun ---?” (salah satu akun media sosial yang biasanya ada di Android). Satu per satu anggota tim kami saling bertukar akun, sementara aku hanya terdiam dan dengan tegas mengatakan aku tidak memiliki Android. Aku merasa harganya terlalu mhal untuk ku beli sekarang.

Salah satu komunikasi yang ku andalkan adalah pesan teks. Aku menunggu kelanjutan kinerja kami melalui itu, rindu saat-saat kita berkumpul dan membahas amanah rasanya bukanlah merupakan sesuatu yang berat. Karena aku menikmatinya.

Kami berkumpul kembali. Namun ada beberapa hal yang berbeda dari biasanya. Mereka membahas sesuatu yang tidak ku ketahui sebelumnya, aku tertinggal informasi yang berharga namun aku tidak sempat menanyakan hal tersebut. Seperti ada sebuah obrolan yang ku lewatkan dan ku rasa obrolan itu melalui grup yang katanya sudah mereka buat.

Aku jadi merasa kurang nyaman dengan situasi ini dan beberapa kali suasana tersebut terjadi. Aku bertekad mengumpulkan biaya untuk membeli Android, sepertinya barang itu memang harus dimiliki supaya informasi apapun tidak ku lewatkan.

Saat biaya itu terkumpul aku harus tetap memikirkan dana yang keluar. Apakah nantinya berpengaruh pada yang lainnya karena dana tersebut terpakai. Alhasil aku hanya membeli sebuah Android dengan harga yang termurah dan cukup baik menurut pandangan teman-temanku.

Menyenangkan memang, berbincang melalui media sosial tanpa perlu bertemu. Aku menikmatinya. Hal ini membuatku malas untuk sekedar bertemu karena apapun bisa diselesaikan melalui media sosial dan email. Bahkan tugas pun demikian.

Lama kelamaan, semakin hari grup yang aku miliki di media sosial semakin banyak. Apapun itu, selalu dibuat grup. Aku menjadi pusing ketika banyak chat yang masuk dan itu hanya berasal dari orang-orang yang sedang mengobrol di grup,  tidak ada hubungannya dengaku. Terlalu banyak chat grup yang masuk membuatku sering mematikan pemberitahuan.

Kejadian  yang terus berulang itu membuatku ketika melihat grup sekarang memiliki banyak sekali percakapan, kadang membacanya. Namun karena malas semakin hari percakapan semakin banyak dan akhirnya aku hanya bisa membukanya, Android murahku jadi ngehang.

Ada beberapa hal yang tanpa disadari telah terjadi. Kini intensitas bertemu dalam sebuah tim yang terbentuk menjadi sangat jarang. Beberapa hal yang harus dibicarakan secara tim, kini mulai tergantikan dengan rapat online yang tidak semuanya bisa hadir atau sekedar memberi idenya. Apalagi jika hanya dibaca tanpa dijawab. Kami mengerti, namun kami mengabaikannya.

Mungkin ini salahku dengan perasaanku yang merasa tidak dianggap lagi dalam sebuah tim. Karena komitmen kini diukur melalui seberapa sering mereka chat di grup. Pertemuan biasa menjadi terabaikan, aku ketinggalan banyak informasi yang dibahas di grup tersebut. Aku yang jarang hadir untuk menuliskan chat menjadi seolah tidak bermanfaat. Hingga akhirnya keputusan ini menjadi bulat. Aku ingin keluar dari tim ini.

Berat rasanya mengambil keputusan tersebut setelah sekian lama kami bersama. Bersama melalui media sosial saja, pertemuan itu hanyalah ketika kami tidak sengaja berpapasan di jalan saja. Saling sapa, saling basa-basi bertanya.

Keputusan ini berakhir dan aku meminta maaf berkali-kali karena tidak bisa berkontribusi banyak. Namun aku juga bersyukur, pikiranku yang selalu terngiang-ngiang ketika aku melihat grup di media sosial itu akhirnya terhenti. Rasanya suatu hari nanti aku ingin membuang akun tersebut.

Entahlah, kini aku menjadi malas mengikuti apapun. Dimana pun, media sosial ini selalu ada. Memudahkan tapi membuatku tidak nyaman. Mungkin suatu hari nanti aku akan menemukan sesuatu yang benar-benar aku inginkan dan saat itu datang aku akan memberikan kontribusi dan komitmen terbaikku. Media sosial tidak akan lagi menjadi sesuatu yang menjauhkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar