Aku bertanya. Lagi dan
lagi.
Namun mereka selalu
memberikan jawaban yang hampir sama. Jawaban yang tidak sesuai dengan
keinginanku.
Aku seorang perempuan,
memiliki seorang teman laki-laki yang baik. Dulu ketika masih muda kami sekelas
dan menjadi teman diskusi mengenai pelajaran yang baik. Bahkan menjadi tempat
bertanya yang baik pula, ia bertanya mengenai pelajaran yang tidak ia mengerti
padaku sedangkan aku bertanya mengenai pemahaman agama yang masih sedikit ku
miliki. Kami saling berbagi.
Pada akhirnya, kelas
pun selesai. Kami menempuh perjalanan hidup masing-masing. Aku di Bogor
sedangkan ia kini berada di Bandung. Sama-sama menyandang status sebagai
seorang mahasiswa yang ingin mengubah bangsanya. Setidaknya nama kota yang kami
tempati memiliki awalan huruf yang sama.
Namun keterpisahan
jarak tidak lantas membuat kami menjadi asing. Kami masih saling mengirimkan
pesan, meskipun itu tidaklah sering. Namun terkadang, pesan itu datang.
Selalu diawali dengan ‘Assalamu’alaikum’ ia memulai pesan
singkatnya. Terkadang karena kesibukan yang selalu kami miliki di kampus, pesan
itu lama sekali untuk terbalas.
Namun setidaknya kami
masih seperti itu. Jika aku lupa untuk menanyakan kabarnya, ia yang mengirimiku
pesan terlebih dahulu untuk menanyakan kabarku. Hanya sebatas itu.
Terkadang, kami juga
saling berbagi sesuatu. Informasi mengenai keadaan kampus masing-masing,
berbagi ilmu yang kami terima maupun bertanya sesuatu. Untuk yang terakhir
sebetulnya aku yang sering bertanya sesuatu mengenai hukum-hukum agama, yang
harus dilakukan ketika bertemu dengan situasi yang sulit. Karena pada akhirnya
kami memiliki bidang ilmu masing-masing yang tidak dapat disamakan. Aku
mengingat kata-kata ketika ia berkata bahwa akan kulaih dengan mengambil
jurusan dunia akhirat. Kini di sanalah ia berada, sesuai keinginannya.
Aku selalu bertanya
pada teman-temanku. Apakah yang aku lakukan ini adalah sebuah perbuatan yang
tidak diperbolehkan? Interaksi antara ikhwan dan akhwat. Seingatku kami hanya
menjaga silaturahmi dengan menyandang status sebagai seorang teman.
Namun aku takut jika
aku yang menginginkan sesuatu yang lebih dari itu. Bukan sebuah hubungan yang
serius, hanya perasaanku yang tidak dapat aku jaga. Hanya aku, ya sepertinya
hanya aku yang berpikiran seperti itu.
Beberapa temanku
menyarankanku untuk tidak lagi berkomunikasi dengannya. Aku tahu, alasannya
sudah tentu menjaga diri, menjaga perasaan supaya dia tidak berkembang jauh
lagi. Tapi tidak bisa, sepertinya aku tidak bisa.
Apa yang harus aku
katakan padanya? Apakah aku harus memutuskan pertemanan ini? Aku tidak ingin
menjadi teman yang jahat. Kalian tidak mengerti posisiku saat ini. Kami
berteman. Kami menjaga. Masalahnya bukan karena pertemanan ini atau dia.
Masalahnya adalah aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar