Jumat, 11 September 2015

Persahabatan yang Memudar

Ada kalanya di suatu masa, di suatu kejadian atau peristiwa kita memiliki teman. Mungkin bahkan lebih dari teman, atau biasa kita katakan sahabat. Setiap kejadian itu berlangsung, kita bertemu dari awal hari hingga kemudian pulang dan berpisah bersama dengan sahabat itu lagi. Adakah saat-saat dimana kita jenuh dengan semua itu?

Saya bukan orang yang bisa memiliki seorang sahabat istimewa dari awal hingga akhir. Maka dari itu, terkadang saya berpikir bagaimana orang lain menikmati kehidupan mereka bersama dengan orang-orang yang sama? Kenapa kita tidak mencoba untuk berteman dengan semua orang dan bergantian bersama-sama dengan tiap orang yang berbeda?

Dulu, saya juga memiliki seorang sahabat perempuan yang sangat dekat. Kami sering atau bahkan selalu pergi dan pulang bersama ke sekolah, saat itu usiaku sudah mulai beranjak remaja. Postur tubuhnya sangat berbeda denganku, ia merupakan siswi tertinggi serta kurus di kelas, sementara aku pendek, putih dan agak gemuk. Terbayang jika kita berjalan beriringan? Sudah pasti terlihat seperti gabungan antara angka satu dan nol. Tapi aku tidak pernah menghiraukan itu.

Hingga suatu hari, aku dibuatnya kesal. Karena kami sangat saling mengenal satu sama lain, aku menjadi tidak bebas. Duduk di kelas harus di bangku yang sama. Pergi dan pulang harus bersama-sama. Mengerjakan tugas ataupun kelompok dengan anggota kelompok yang ada dia di dalamnya. Meskipun peraturan itu tidak tertulis namun nampak jelas aku rasakan. Aku jadi tidak terlalu dekat dengan yang lainnya meskipun mereka sering menyapaku.

Ada juga saat hal kecil saja yang ia lakukan juga membuatku kesal. Dengan alasan kami sudah dekat ia menjadi tidak lagi sungkan denganku, meskipun aku masih sungkan padanya. Jika berjalan bersama, ia yang memiliki kaki yang panjang dapat melangkah dengan lebar, alhasil ia selalu mendorongku karena jalanku agak lambat dengan memegang leher. Atau pada peristiwa ketika aku sudah bersiap-siap ergi ke sekolah di saat yang tepat tiba-tiba harus rela terlambat karena menunggunya, itu membuatku kesal. Padahal jika aku jadi dia, aku akan membiarkkan dia berangkat duluan sehingga hanya aku saja yang kena hukuman.

Karena ia mengenalku sebagai seseorang yang suka tidak enakan pada sesuatu, aku jadi merasa ia memanfaatkan kelemahanku dan kau tahu? Aku tentu saja tidak bisa menolak permintaanya meskipun berulang kali aku katakan dalam hati dan mengungkapkannya melalui fisik, tapi ku rasa ia tidak peduli.

Pernahkan mengalami kejadian yang sama denganku? Memiliki sahabat yang dekat memang baik saat kau merasa membutuhkan seseorang yang menemani hidupmu, menjadi pendengar yang setia mendengarkan keluh kesahmu. Namun jangan pernah mengatakan segalanya, banyak peristiwa persahabatan yang putus lalu kejelekan dari sahabatnya ia katakana pada orang lain. Manusia memang tidak bisa sepenuhnya di percaya.

Bukan maksud saya mengharapkan persahabatan yang dimiliki akan memudar. Namun cobalah untuk tidak tergantung pada seseorang saja. Cobalah lihat sekitarmu, banyak orang lain yang juga perlu kamu kenal supaya memiliki banyak teman dan jaringan baru. Ada titik dimana manusia itu bosan dan jenuh dengan apa yang ia lakukan setiap hari, jadi jangan pula mengekang sahabatmu untuk terus menerus bersamamu. Ia punya kehidupan sendiri, dan bukan kamu yang mengaturnya. Meskipun kamu sahabat terdekatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar